Wednesday, May 28, 2008

Budaya Kartu Nama


Salah satu budaya dalam masyarakat Jepang adalah budaya saling bertukar kartu nama, atau meishi (名詞). Setiap perusahaan Jepang yang establis biasanya akan membuatkan kartu nama gratis bagi para stafnya. Biasanya dibuat timbal balik, halaman yang satu memuat informasi dalam bahasa Jepang, halaman sebelahnya dalam bahasa Inggris. Meishi yang sifatnya berkaitan dengan kantor, biasanya tidak menyertakan nomor telepon pribadi, alamat pribadi, dan email pribadi.

Banyak jasa pembuatan kartu nama dengan bermacam-macam harga. Biasanya sekitaran 500 hingga 1000 yen, meski ada juga yang lebih mahal dari itu. Dewasa ini cukup mudah membuat kartu nama sendiri, bila sudah punya printer yang memadai. Bahkan banyak juga alat khusus mencetak di kartu nama, dari yang untuk keperluan "serius" sampai yang sekedar mainan anak, usia SD kelas empat ke atas hingga SMU. Biasanya mereka menggunakan alat ini untuk membuat kartu nama dengan model khas anak-anak dan remaja, penuh warna dan hiasan.

Seperti dalam banyak hal lain, masyarakat Jepang punya adab sendiri soal saling bertukar kartu nama.

Pertama, hendaklah orang yang lebih muda atau orang yang lebih di bawah posisinya, yang lebih dulu menyerahkan kartu namanya. Semisalnya kita baru pindah rumah, di lokasi yang baru, hendaklah kita sebagai pendatang baru, lebih dulu memberikan kartu nama pada tetangga yang kita anggap penting, seperti ketua RT atau tetangga yang tepat bersebelahan atau berhadapan rumah.

Kedua, saat menyerahkan kartu nama, pastikan posisinya terbalik dari kita sebagai si pemberi, dan tidak terbalik bagi si penerima. Artinya, begitu kita sodorkan, tulisan yang tertera di kartu nama tersebut segera bisa terbaca oleh yang kita sodori. Lebih sopan lagi menyerahkan dengan kedua tangan, dengan menjepit dua ujung kartu tersebut di antara jempol dan telunjuk tangan kiri dan kanan.

Ketiga, jangan sekali-kali memberi kartu nama yang sudah lecek, ada bekas lipatan, atau coretan. Itu bisa dianggap tidak sopan dan tidak berniat untuk menjadi kenalan dengan baik, bahkan bisa dianggap merendahkan.

Ibu-ibu rumah tangga biasanya cukup menyiapkan kartu nama kosong, dan mengisinya sesuai keperluan. Nomor telepon pribadi kadang-kadang ditambahkan dengan menulisnya sendiri saat hendak menyerahkan ke kenalan baru, bila dianggap perlu.

Orang Jepang biasanya punya kebiasaan segera memberi catatan pada kartu nama yang mereka terima, tentang latar belakang penerimaan kartu tersebut. Misalnya di mana dan dalam acara apa. Dengan demikian, mereka akan bisa mengingatkan kembali si empunya kartu nama di mana dan kapan mereka bertemu pertama kali bertukaran kartu nama.

No comments: