Thursday, August 28, 2008
Orang Jepang Olahraga Setiap Hari -- Secara Alami
:: Read this article in English
:: Translation Copyright : Closer to Japan.
Bukan hanya makanan yang jadi faktor utama orang Jepang bisa berumur panjang dan umumnya cukup sehat. Faktor lainnya adalah karena mereka setiap hari di sepanjang hidup mereka, melakukan olahraga secara alami. "Kesehatan orang Jepang sangat baik dan demikin pula bentuk tubuh mereka," demikian sebuah judul dalam Majalah Time pada tahun 2004 terkait tulisan tentang 'Bagaimana Hidup Sampai 100 Tahun'. Salah satu aktor utama pendukung umur panjang itu adalah "...mereka adalah orang-orang yang sangat aktif yang terlibat dalam kegiatan olahraga yang tidak disengajai setiap hari."
Orang-orang tua Jepang khususnya, sangat aktif. Makoto Suzuki, seorang professor di Universitas Internasional Okinawa, mengatakan, "Berkebalikan dengan di Amerika, para tetua Jepang tidak perlu sengaja keluar untuk khusus berolahraga -- rutinitas setiap hari sudah membuat mereka cukup langsing dan sehat." Fakta tersebut bila digabung dengan pola makan gizi seimbang, "Itu adalah kombinasi yang melahirkan kemenangan,"tambah Professor Suzuki.
Ambil contoh dekat misalnya, keluarga saya sendiri [penulis, Naomi Moriyama]. Ibu saya, Chizuko, berjalan kaki di jalan-jalan Tokyo setiap hari, kadang naik turun tangga, dan pada akhir pekan ia biasanya pergi mendaki gunung bersama teman-temannya. Musim panas yang lalu, kedua orang tua saya mengajak saya dan Billy [suami Naomi] mendaki Gunung Takao, yang sebenarnya merupakan bukit taman nasional setinggi 600 meter di Tokyo. Ketika kami hampir sampai di puncak setelah melakukan pendakian selama kira-kira 1,5 jam, ibu saya mengatakan yang merupakan sebuah fakta, "Saya sama sekali tidak capek!"
Seperti jutaan orang Jepang lainnya, ayah saya, Shigeo, yang saat ini sudah di awal 70-an, biasa berkeliling di kota dengan sebuah sepeda tua. Bukan sepeda modern 'Lance Armstrong', itu hanya sepeda yang memiliki satu kecepatan. Biasanya ia bersepeda ke rumah saudara perempuan saya berjarak sekitar dua puluh blok untuk menjaga cucu-cucunya.
Sebaliknya, saudara perempuan saya, Miki, bersepeda juga dalam kota, kadang-kadang pergi belanja kebutuhan rumah tangga yang ia taruh di keranjang sepeda bagian depan yang mana di bagian belakang sepeda, ia bonceng keponakan saya, Kasumi yang berusia dua tahun. Sering, Miki menjemput Kazuma, kakak Kasumi, pulang sekolah dengan cara yang sama : bersepeda. Adapun suami Miki, Shiko, lebih aktif lagi, karena ia pekerjaannya memang di bidang olah tubuh : instruktur tari tradisional Jepang dan aktif jadi pengajar di kelas-kelas yang terdapat di dalam negeri.
Di jalan-jalan yang sempit dan antara gedung-gedung di seluruh Tokyo, Anda akan mudah melihat orang-orang kantoran bersepeda dan para perempuan juga demikian, pergi belanja keperluan rumah tangga. Dan apa yang terjadi di Tokyo itu, mewakili secara keseluruhan dalam negeri.
Berjejer panjang di sekitar stasiun kereta, ratusan bahkan mungkin ribuan sepeda itu memberitahu Anda bahwa itu milik orang-orang yang pergi sekolah atau kerja dengan bersepeda dari rumah. Salah satu pemilik sepeda itu adalah paman saya Kazuo, yang saat ini berusia di awal 70-an. Ia tiap hari pergi kerja dari Tokyo ke pinggiran kota. Hujan ataupun cerah, setiap hari Anda dapat melihatnya meninggalkan rumah dan mengayuh sepeda ke stasiun, memarkir sepeda untuk selanjutnya menggunakan kereta, dengan setelan jas kantornya beserta dasi.
"Bagaimana kalau hujan?" tanya saya.
Ia menjawab dengan enteng, "Memangnya kenapa, saya cuma ambil payung saja, pegang satu tangan dan tangan yang satu mengemudikan sepeda!" Istrinya, Yoshiko, berenang setiap hari dan ia juga seorang pelatih selam.
Secara sederhana, naik kereta setiap hari di Jepang sudah merupakan olahraga. Stasiun kereta tersebar di seluruh negeri, terletak terpisah-pisah dalam jarak tertentu, yang menuntut orang untuk naik turun tangga dan berjalan kaki antara stasiun yang satu ke stasiun lainnya untuk ganti kereta.
Terkait dengan "ketidaksengajaan" berolahraga, banyak orang Jepang yang sudah terbiasa dengan olahraga yang sampai keringatan.
Setiap pagi di Tokyo saat fajar merekah, Anda bisa lihat Keizo Miura yang usianya menjelang 100 tahun melakukan jalan kaki sebelum sarapan dengan telur dan rumput laut. Di usia 99, ia melakukan ski di Mont Blanc, Alpes, Italia.
Pada tahun 2003, anaknya, Yuichiro Miura yang berusia 72 tahun saat itu, menjadi orang paling tua yang penrah mendaki Gunung Everest -- satu tahun setelahnya ikut pula temannya, Tamae Watanabe, yang dengan usia 63 tercatat sebagai perempuan tertua yang juga mendaki gunung tersebut.
"Orang-orang tua Jepang memang diakui sehat, bisa melakukan banyak hal di usia tua mereka, yang mungkin banyak anak muda tak bisa lakukan," kata anak Mr. Miura pada seorang reporter yang sedang membuat tulisan tentang usia panjang orang Jepang. "Orang-orang Jepang yang berusia di atas 65 tahun di sini pada pergi mendaki gunung, pergi ke Cina untuk menanam pohon, melakukan perjalanan ke luar negeri untuk mengajar Bahasa Jepang. Semuanya itu karena diet, olahraga yang alami setiap hari."
:: Read this article in English
:: Translation Copyright : Closer to Japan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
salut untuk kak nes yang sudah banyak tulis2nya.^^
salam hangat dari Malaysia, aku dan bapak baru sampai 3hari ini, asyik berbelanja mengisi rumah...suami setiap hari keringatan karena ke kampus, dll sering bersepeda. rasanya, secara alamiah bisa jadi diet,nih. di jepang dulu, musim dingin tetap saja menggemuk meskipun jalan ke stasiun,yah...hehehe...
Post a Comment