:: Tulisan ini dimuat di http://www.panyingkul.com/view.php?id=881&jenis=kabarkita
Japan Fights Crowds of Crows. Begitulah judul berita International Herald Tribun edisi bulan lalu, yang mengulas masalah burung gagak. Kawanan burung berbulu hitam ini memang semakin berulah. Mulai dari mencuri makanan, membongkar sampah, hingga membuat aliran listrik padam di Kyushu, Jepang Selatan gara-gara seenaknya membuat sarang di tiang-tiang listrik.
Kenapa di Tokyo banyak burung gagak? Pertanyaan ini juga tak jarang terlontar dari orang-orang yang pertama kali berkunjung ke ibukota Jepang ini. Tak hanya di Tokyo, burung ini memang populasinya banyak sekali di Jepang, berbanding terbalik dengan masalah nasional penurunan populasi akibat rendahnya tingkat kelahiran dan banyaknya jumlah lansia.
Menurut para ahli, jumlah gagak di Tokyo saja ada 150.000 ekor. Angka yang sangat besar, tentu saja. Tak ayal, kehadiran gagak ini merepotkan masyarakat. Pemerintah, universitas dan perusahaan swasta memberi sarana dan fasilitas kepada para penelitinya untuk melakukan observasi terhadap burung gagak. Tujuannya, bagaimana agar burung tersebut bisa dikurangi populasinya dan untuk menemukan cara mengantisipasi gangguan dari burung-burung itu.
Salah satu peneliti yang cukup terkenal adalah Prof. Sugita Shoei dari Universitas Utsunomiya. Dari penelitiannya terungkap bahwa gagak yang biasanya suka mengacak-acak kantong sampah hingga isinya berhamburan keluar, tidak punya kepekaan terhadap plastik kuning semi transparan. Sejak penemuan ini, mulailah diproduksi kantong plastik sampah kuning yang kabarnya tidak diminati oleh para gagak itu. Namun sayang, harganya yang cukup mahal dibandingkan plastik sampah biasa membuat hasil temuan sang professor kurang diminati masyarakat.
Selanjutnya pemerintah, khususnya di kota Fujisawa, provinsi Kanagawa, mengeluarkan peraturan bahwa pembuangan sampah di daerah ini mesti menggunakan plastik khusus, yang didistribusikan di toko-toko yang buka 24 jam ataupun supermarket serta toko-toko obat di seluruh kota.
Dikatakan bahwa gagak adalah jenis binatang yang atama ii atau cerdas. Misalnya saja gagak akan mengingat wajah serta warna/jenis kendaraan orang yang pernah mengganggunya, dan bila suatu waktu orang ini kembali ke daerah gagak tersebut hidup, ia akan memanggil kawan-kawannya dan melakukan serangan balasan.
Salah seorang sukarelawan pengajar bahasa Jepang di Shounandai Shiminkan, Fujisawa, pernah bercerita soal kepandaian burung gagak ini. Hayashi-sensei, perempuan Jepang setengah baya itu punya kebiasaan memesan bahan makanan seperti daging, ikan dan sayur-mayur lewat pos, yang akan diantar ke rumah pemesan seminggu sekali. Suatu waktu Hayashi pulang dari bepergian dan ditemuinya kardus makanan pesanan tersebut diletakkan di depan pintu. Memang begitulah sistem di Jepang, pemesanan rutin seperti itu sering kali tidak mesti diserahkan tangan ke tangan. Pesanan berkotak besar yang isinya mungkin bernilai sekitar ratusan ribu rupiah itu, cukup diletakkan di luar, dan biasanya tidak akan ada yang mengambilnya.
Pada sekilas pandangan pertama, Hayashi-sensei tak menaruh curiga apapun terhadap kotak yang terbuat dari bahan gabus itu. Namun begitu ia mengangkat kardus tersebut, tahulah ia bahwa ada yang tidak beres dengan kotak yang masih terbungkus rapi itu. Kardus itu terlalu ringan untuk memuat pesanannya! Dan benarlah, ketika ia membuka tutupnya, isinya sudah hampir kosong. Selidik punya selidik, ternyata ada lubang di belakang kardus. Lubang bekas patukan paruh burung gagak!
Kabarnya, sejak sekitar tahun 1990, burung gagak di Jepang berhasil menemukan cara baru memecahkan dongguri, yaitu biji-bijian seperti kacang. Mereka meletakkan dongguri yang kulitnya cukup keras itu di tengah jalan raya. Pada awalnya mereka menunggu lampu lalulintas menjadi merah. Selanjutnya mereka meletakkannya di tengah kendaraan yang berhenti. Bila lampu hijau, gagak menunggu adakah dongguri mereka terlindas ban mobil atau tidak. Bila ternyata tidak, gagak Jepang akan memindahkannya di tempat berbeda, menunggu kembali kendaraan lain melintas.
Sejumlah cara telah dicoba untuk menghalau gagak. Biasanya di taman-taman terbuka atau kouen itu diberi peringatan agar jangan memberi makan burung merpati. Sebenarnya, salah satu sebabnya juga karena selain merpati, burung gagak akan mencicipinya juga. Dan ini bisa membuat jumlah burung gagak makin meningkat.
Asahi Shinbun, salah satu koran terkemuka di Jepang pernah juga secara khusus menurunkan artikel tentang bagaimana cara mengatasi serangan dan gangguan gagak. Salah satunya adalah dengan membuat mereka kesulitan untuk melestarikan keberlangsungan hidupnya. Sarang burung gagak biasanya dirangkai dari gantungan baju yang terbuat dari kawat. Karenanya, sebaiknya jangan tinggalkan gantungan baju kawat ini tergeletak begitu saja di luar rumah, karena gagak akan semakin mudah membuat sarangnya. Selain itu, bila membuang sampah yang bisa terbakar, mesti diperhatikan bahwa sampah tersebut tak bisa dikoyak gagak, yang suka mencari sampah makanan sisa. Makanya, kantong-kantong sampah itu ditutup lagi dengan jaring, agar tidak dipatuk oleh gagak. Asahi Shinbun, salah satu koran terkemuka di Jepang pernah juga secara khusus menurunkan artikel tentang bagaimana cara mengatasi serangan dan gangguan gagak. Salah satunya adalah dengan membuat mereka kesulitan untuk melestarikan keberlangsungan hidupnya. Sarang burung gagak biasanya dirangkai dari gantungan baju yang terbuat dari kawat. Karenanya, sebaiknya jangan tinggalkan gantungan baju kawat ini tergeletak begitu saja di luar rumah, karena gagak akan semakin mudah membuat sarangnya. Selain itu, bila membuang sampah yang bisa terbakar, mesti diperhatikan bahwa sampah tersebut tak bisa dikoyak gagak, yang suka mencari sampah makanan sisa. Makanya, kantong-kantong sampah itu ditutup lagi dengan jaring, agar tidak dipatuk oleh gagak.
Saya sendiri mengalami pengalaman menarik dengan burung gagak. Suatu sore di akhir musim semi saya dan keluarga singgah di taman sehabis berbelanja. Belanjaan yang berupa dua kantong plastik besar, diletakkan di dalam keranjang sepeda. Saat hendak pulang, kantong plastik yang berada di keranjang sepeda sudah robek. Udang dan ikan segar sudah raib, hanya tinggal wadahnya, tergeletak di bawah pohon. Sementara di atas pohon, bertengger dua ekor gagak hitam, mengumandangkan teriakan kemenangan: kwaaak, kwaaak, kwaaak
No comments:
Post a Comment